Ketahui Resiko Investasi dan Cara Mengelola Resikonya

Resiko Investasi

Hi, tahu gak kalian ketika kalian berinvestasi itu selalu ada saja resiko yang mengintai dibalik potensi keuntungan yang bakal diraih?

 

Ya, setiap investor selalu akan mempunyai resiko yang harus dihadapi. Resiko investasi ini adalah potensi kerugian yang kemungkinan akan terjadi, meskipun ini tak Anda harapkan. Sebagai seorang investor yang pintar harus mengetahui resiko apa saja yang bakal dihadapinya.

Oleh karena itu, Investama akan membagikan informasi di artikel ini terkait resiko yang akan dihadapi Investor ketika berinvestasi pada suatu asset investasi. Juga, tak hanya tahu saja resikonya saja, Anda juga harus tahu bagaimana cara mengelola resiko ini agar sesuai dengan batas yang bisa ditoleransi.

 

1. Resiko Volatilitas Harga

Ini adalah resiko yang terjadi ketika harga dari asset investasi mengalami perubahan harga. Setiap asset investasi selalu mengalami perubahan harga setiap waktu yang disebabkan oleh adanya kegiatan jual beli di asset tersebut.

Resiko investasi ini akan cenderung fatal, apabila keadaan ekonomi baik itu skala global maupun domestik mengalami resesi. Ketika ekonomi mengalami perubahan secara drastis akan terjadi dua kemungkinan, yaitu harga asset yang melambung tinggi dan sebaliknya harga asset yang terjungkal ke dasar.

Perubahan ekonomi yang menyebabkan krisis atau resesi ini beberapa kali terjadi mulai dari tahun 1999, 2008, 2016, dan kemarin tahun 2020 ketika pandemi covid 19 melanda dunia. Pada kondisi ini banyak asset investasi yang harganya mengalami penurunan secara drastis dalam waktu yang relatif singkat.

Ketika kondisi ini terjadi, apa yang harus kita lakukan?

Salah satu cara yang digunakan untuk membatasi resiko adalah dengan membaca situasi pasar, menetapkan batasan kerugian yang bisa diterima, dan jangan pernah membeli suatu asset investasi ketika harganya sedang dalam trend penurunan.

 

2. Resiko Inflasi

Inflasi memang menjadi ancaman bagi beberapa orang, karena dengan seiring meningkatkanya inflasi ini akan menyebabkan kenaikan dari harga barang&jasa. Kenaikan dari harga barang&jasa ini cenderung disebabkan karena nilai dari mata uang yang kita gunakan itu justru mengalami pelemahan seiring berjalannya waktu dan seiring meningkatnya inflasi.

Memang inflasi ini sebenarnya tidak bisa begitu dirasakan begitu saja. Ini hanya bisa diketahui dengan melihat riwayat harga saat ini dengan harga beberapa tahun kebelakang. Misalnya seperti harga bahan bakar yang pada tahun 2018 harganya satu liter berada di angka Rp 5800/liter dan pada tahun ini harga wajar dari bensin satu liter adalah Rp 11.500.

Kenaikan harga ini tak akan begitu terasa, karena kenaikan dari inflasi yang stabil. Justru yang berbahaya adalah ketika inflasi melonjak tinggi dalam =satu waktu. Hal ini akan menyebabkan beberapa harga akan naik secara signifikan dan beberapa harga dari asset finansial akan cenderung turun.

Suatu kondisi yang akan sangat mempengaruhi inflasi adalah kondisi ekonomi, geo politik, konflik, dan lain-lain. Beberapa hal sering terjadi seperti konflik atau perang yang berkecamuk, ini akan menyebabkan inflasi naik dengan cepat, seperti yang terjadi pada tahun 2022 ini banyak harga komoditas yang mengalami kenaikan karena konflik Rusia dan Ukraina.

Salah satu cara dalam mengatasi resiko inflasi adalah dengan berinvestasi pada asset fisik seperti emas, properti, maupun barang berharga lain seperti seni. Jenis investasi fisik ini dipercaya tahan terhadap gempuran inflasi.

Terbukti dari harga emas yang cenderung mengalami kenaikan seiring tahun dan bisa kita buktikan dengan melihat dari grafik harga berikut ini. Harga emas telah mengalami kenaikan setidaknya lebih dari ratusan persen.

 

3.  Resiko Suku Bunga

Resiko suku bunga adalah resiko ketika adanya perubahan dari tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh bank sentral. Perubahan dari tingkat suku bunga ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dari suatu negara. Tidak ada patokan pasti, kapan suku bunga akan naik dan kapan akan turun, karena ada beberapa variabel yang akan mempengaruhi tingkat suku bunga.

Resiko investasi ini cenderung akan sangat mempengaruhi imbal hasil yang akan diperoleh ketika berinvestasi pada asset obligasi. Penurunan dari tingkat suku bunga akan menyebabkan imbal hasil yang akan Anda peroleh dari obligasi mengalami penurunan.

Salah satu cara untuk menanggulangi resiko penurunan dari suku bunga adalah dengan mengalokasikan asset obligasi dan mengkonversinya ke asset lain yang cenderung memberikan imbal hasil yang lebih tinggi. Beberapa investor kelas internasional sering kok berpindah-pindah negara untuk memperoleh imbal hasil dari suatu negara yang berani memberikan tingkat suku bunga yang lebih tinggi, meskipun ada resiko yang tinggi juga.

 

4. Resiko Likuiditas

Apakah asset investasi cenderung mudah diperjualbelikan atau justru sangat sulit? Inilah resiko likuiditas yang terjadi pada suatu asset investasi. Asset yang cenderung sulit diperjualbelikan akan cenderung mengalami resiko likuiditas.

Karena percuma saja ketika asset investasi Anda mengalami kenaikan dan ketika Anda ingin menjualnya namun tak menemukan pembeli sama sekali. Hal tersebut justru akan membuat Anda harus menurunkan harga dibawah harga pasar untuk memperoleh pembeli yang mau membeli asset Anda di harga yang ditentukan.

Ketika asset dijual dengan harga dibawah pasaran, tentunya ini akan mengakibatkan kerugian bagi investor. Mungkin masih untung jika harga jual masih diatas diharga ketika membeli asset tersebut, tapi ketika harga jual justru dibawah harga beli, ini akan menyebabkan kerugian bagi investor.

Jadi, Anda harus tahu seberapa likuid asset investasi yang dimiliki agar mempunyai rencana yang jelas, apakah asset investasi ini akan disimpan untuk jangka waktu yang panjang hingga banyak orang akan mengincarnya atau justru disimpan untuk jangka pendek yang akan menyulitkan ketika mencari pembeli potensial.

Beberapa asset investasi yang mempunyai resiko likuiditas yang tinggi adalah investasi properti, obligasi, barang seni, dan lainnya. Jadi, sebelum memutuskan untuk memiliki jenis investasi ini, Anda telah mempunyai rencana yang jelas, kapan akan menjualnya dan pada harga berapa asset tersebut akan dijual.

 

5. Resiko Penipuan Berkedok Investasi

Ini marak terjadi sejak beberapa tahun kebelakang, bahkan sejak awal tahun 2000an, telah banyak kegiatan penipuan yang berkedok investasi. Beberapa hal yang bisa dijadikan acuan untuk terhindar dari penipuan ini adalah dengan mengcrosscek terlebih dahulu investasi yang ditawarkan.

Tapi ada satu hal pasti yang bisa dengan mudah dalam mengetahui, apakah investasi ini menipu atau tidak. Biasanya penipuan berkedok investasi ini akan cenderung menawarkan keuntungan yang besar didepan.

Hal tersebut digunakan untuk memancing atau menarik minat dari orang yang ditawarkan. Karena beberapa studi menyebutkan jika psikologi dan logika dari orang yang ditawari keuntungan yang besar dengan mudah, cenderung akan kalap. Maka dari itu, tak sedikit korban penipuan ini juga berasal dari kalangan berpendidikan dan orang-orang kaya.

Jadi, buat para pembaca Investama diharapkan berhati-hati dan meneliti lebih lanjut tawaran investasi dari orang yang tidak dikenal maupun yang sudah dikenal dekat.

 

6. Resiko Geo Politik

Kondisi dari geo politik suatu negara juga akan sangat berpengaruh terhadap investasi. Misalnya saja ketika kondisi perekonomian negara sedang dilanda resesi, ini akan mempengaruhi nilai valuasi dari investasi di negara tersebut yang akan mengalami penurunan begitu pula dengan nilai dari mata uang negara tersebut.

Beberapa investor cenderung menghindari negara yang berpotensi mengalami kondisi yang buruk seperti kondisi perekonomian yang menurun, terjadinya kerusuhan, rawan terkena bencana alam dan lain-lainnya.

Oleh karena itu, negara-negara yang rawan seperti yang Investama sebutkan diatas cenderung berani memberikan tingkat suku bunga dan imbal hasil yang cenderung tinggi kepada para investor. Hal ini diharapkan agar ada investor yang tertarik untuk berinvestasi.

Selain itu, pemerintah juga berperan dalam mempengaruhi suatu investasi dalam negara. Ini sama seperti yang terjadi belakangan ini ketika pelarangan ekspor minyak goreng yang diterapkan oleh Presiden Jokowi, ini kemungkinan akan menyebabkan penurunan dari harga minyak goreng domestik dan sepertinya juga saham-saham dari industri yang terkait.

 

7. Tidak Ada Jaminan Dari Pemerintah

Kerap kali pemerintah selalu menyuluhkan kegiatan untuk berinvestasi kepada masyarakatnya baik itu melalui program nabungsahamyuk dan lainnya. Tapi tahu gak kalian jika pemerintah tidak akan menjamin investasi kalian akan selalu untung dan menganti kerugian yang akan Anda alami.

Ini memang benar, tugas pemerintah hanya bertugas sebagai regulator yang mengawasi kegiatan entitas yang memberikan tawaran investasi. Lembaga pemerintah yang bertugas sebagai regulator ini antara lain OJK dan Bappebti.

Kedua lembaga tersebut hanya mengawasi kegiatan dari entitas yang beroperasi di Indonesia. Jadi, mereka bebas menawarkan investasi apapun asal sesuai dengan kebijakan dari lembaga tersebut. Apabila ada entitas yang melanggar, maka regulasinya akan dicabut dan dilarang beroperasi di Indonesia.

Mereka bertindak untuk mencegah terjadinya penipuan berkedok investasi di Indonesia, meskipun dari dahulu hingga saat ini masih banyak saja penipuan yang bertebaran. Juga pemerintah diwakili oleh lembaga tersebut tak akan mengganti rugi, apabila investor mengalami kerugian atas kegiatan investasinya.

Ini diperparah jika investor tersebut menjadi korban dari penipuan, maka investor tersebut dijamin tidak akan memperoleh ganti rugi atas kerugian yang dialaminya. Tenggok saja yang terjadi saat ini dengan kasus robot trading DNA Pro, kemungkinan kecil para korban akan memperoleh ganti rugi atas tindakan penipuan investasi ini.

 

Jadi, itulah beberapa resiko yang ada ketika Anda memutuskan untuk berinvestasi. Semoga saja dengan artikel ini, Anda bisa memahami resiko yang akan anda hadapi dan mampu mengelola resiko tersebut dengan bijaksana.

Post a Comment for "Ketahui Resiko Investasi dan Cara Mengelola Resikonya"